Resensi Novel "Laut Bercerita"

𝗗𝗜𝗛𝗜𝗟𝗔𝗡𝗚𝗞𝗔𝗡 𝗟𝗔𝗟𝗨 𝗞𝗘𝗛𝗜𝗟𝗔𝗡𝗚𝗔𝗡

𝗜𝗱𝗲𝗻𝘁𝗶𝘁𝗮𝘀 𝗕𝘂𝗸𝘂
Judul Buku : Laut Bercerita
Penulis : Leila S. Chudori
Penerbit : KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)
Tahun terbit : 2021 (cetakan ke-14)
Jumlah Halaman : x + 379 halaman

𝗥𝗲𝘀𝗲𝗻𝘀𝗶
Laut bercerita merupakan sebuah novel yang ditulis oleh Leila S. Chudori dan diterbitkan oleh penerbit KPG sejak 2017. Saya sendiri mendapatkan kesempatan untuk membaca cetakan ke-14 dari novel ini yang terbit pada 2021 lalu. 

Saya memilih untuk mulai membaca novel ini setelah diceritakan dan direkomendasikan oleh beberapa teman dan guru-guru saya. Juga, saya melihat banyak ulasan-ulasan yang mengatakan bahwa Laut Bercerita ini adalah novel yang bagus dan wajib menjadi pilihan pembaca. Hingga akhirnya, saya mulai untuk membaca salah satu novel dari koleksi @perpustakaanganessa ini.

Novel ini adalah novel yang berlatar belakang sejarah pada masa pemerintahan orde baru yang dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian Biru Laut dan Asmara Jati.  Biru laut digambarkan sebagai seorang yang pendiam dan selalu mengungkapkan perasaannya melalui tulisan, baik dalam bentuk cerpen maupun puisi. Biru laut sebagai tokoh utama dari cerita ini ialah seorang mahasiswa UGM yang tergabung dalam kelompok Winatra. Bisa dikatakan, Laut merupakan seorang aktivis yang menentang pemerintahan pada masa orde baru. Ia dan kelompoknya bahkan berkali kali ditangkap. Tetapi, mereka tak pernah berhenti untuk membela apa yang mereka anggap benar. Hingga ia dihilangkan pada puncak masa krisis moneter Indonesia, yakni pada tahun 1998. Selain membahas tentang perjuangan biru laut dan kawan-kawannya, buku ini juga membahas tentang kisah biru laut dengan keluarganya serta cintanya bersama Ratih Anjani.

Dalam bagian Asmara Jati, digambarkan bahwa Asmara ialah adik Laut yang cerdas. Ia seorang mahasiswa kedokteran UI. Bisa dikatakan hanya ia yang menerima keadaan. Karena setelah dihilangkannya Laut, orangtuanya, Anjani, bahkan kawan-kawan Laut putus asa, bersedih dan tenggelam dalam luka kehilangan. Selengkapnya, pembaca bisa menemukan beberapa sosok lain dengan penggambaran tokoh yang jelas dan peristiwa-peristiwa yang digambarkan dengan cukup spesifik. Bahasa yang digunakan juga cukup ringan sehingga pembaca mudah memahaminya, walaupun ada beberapa dialog yang menggunakan bahasa jawa sebagai pelengkap penggambaran latar. Selain itu, novel ini saya rasa bagus dan juga cocok dijadikan bahan bacaan untuk menambah pengetahuan tentang gambaran dari masa orde baru. (Fyi : banyak mengandung bawang dan bumbu-bumbu menyedihkan. Tetapi, saya tidak merekomendasikan novel ini untuk dibaca oleh teman-teman yang dibawah 17 tahun yaa! Ada part yang harus disesuaikan dengan umur pembaca soalnya hehehe).
9/10⭐

Komentar

Postingan Populer